Merekam Praktik MBKM: Perjalanan Riset ke UIN Sunan Kalijaga

Perjalanan riset ke UIN Sunan Kalijaga menjadi salah satu fragmen penting dalam rangkaian kegiatan penelitian saya yang berfokus pada implementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di lingkungan PTKIN. Kunjungan ini bukan semata agenda akademik, melainkan juga momentum untuk merekam praktik nyata di balik kebijakan yang terus berkembang dalam pendidikan tinggi Islam di Indonesia.
Sebagai satu dari enam lokasi penelitian yang saya datangi, UIN Sunan Kalijaga menawarkan lanskap pemikiran yang khas, budaya akademik yang kuat, dan inovasi pelaksanaan MBKM yang patut dicatat. Dalam catatan ini, saya ingin membagikan pengalaman lapangan, interaksi dengan narasumber, serta refleksi pribadi selama berada di kampus ini.
Profil Singkat UIN Sunan Kalijaga
Didirikan sebagai salah satu perguruan tinggi Islam negeri tertua di Indonesia, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tidak hanya dikenal karena warisan intelektualnya, tetapi juga karena keberaniannya dalam menjembatani tradisi dan inovasi.
Kampus ini memiliki visi integratif-interkonektif antara keilmuan Islam dan keilmuan umum, serta berkomitmen penuh dalam pelaksanaan MBKM yang kontekstual dan humanis. Fakultas-fakultasnya telah mengembangkan skema MBKM yang beragam, mulai dari pertukaran mahasiswa, asistensi mengajar, riset kolaboratif, hingga kegiatan kewirausahaan.
Fokus utama kunjungan ini adalah wawancara dengan para pemangku kepentingan di tingkat fakultas dan lembaga, observasi dokumen implementatif, serta refleksi atas dinamika kebijakan MBKM yang hidup di lapangan.
Interaksi di Lapangan
Selama kunjungan ini, saya berkesempatan berdiskusi dengan Wakil Rektor I Bidang Akademik, Ketua LPM, serta para dosen pengampu program MBKM. Salah satu temuan menarik adalah adanya sistem pemetaan minat mahasiswa yang kemudian dikaitkan dengan mitra eksternal.




Mahasiswa tidak hanya diarahkan ke dunia kerja, tetapi juga ke ranah sosial dan komunitas, seperti pesantren dan lembaga non-profit. Model ini menunjukkan bahwa MBKM di UIN Sunan Kalijaga lebih dari sekadar penyesuaian kurikulum, ia adalah cara baru membentuk manusia pembelajar yang berdaya kontekstual.

Kunjungan ini mengubah cara saya melihat pelaksanaan MBKM di PTKIN. Bahwa implementasi kebijakan tidak selalu seragam, dan justru keberagaman itulah yang menjadi kekuatan. Saya juga menyadari bahwa peran dosen sangat krusial sebagai fasilitator, bukan sekadar pengajar.
Suasana akademik di UIN Sunan Kalijaga menghidupkan nilai-nilai keislaman yang terbuka, inklusif, dan progresif, sebuah napas yang juga terasa dalam implementasi MBKM-nya.
Di bawah ini adalah beberapa foto dokumentasi saya selama berada di kampus UIN Sunan Kalijaga. Foto-foto ini menggambarkan suasana kunjungan, pertemuan dengan narasumber, serta momen reflektif pribadi di ruang-ruang akademik.
Penutup
Kunjungan ini adalah bagian dari perjalanan panjang saya dalam merekam praktik MBKM di enam PTKIN di Indonesia. Setiap kampus menyimpan ceritanya sendiri, dan saya berharap catatan-catatan ini bisa menjadi jendela kecil untuk melihat wajah pendidikan tinggi Islam kita dari dekat.
Nantikan perjalanan berikutnya: Merekam Praktik MBKM di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang