Latar Belakang Masalah: Jangan Abstrak, Bangun Fakta Nyata di Lapangan

Dalam penulisan karya ilmiah, bagian latar belakang masalah sering dianggap sekadar formalitas oleh banyak mahasiswa. Akibatnya, bagian ini ditulis dengan cara yang terlalu abstrak, normatif, bahkan sekadar rangkaian kutipan teori tanpa narasi empiris yang kuat. Padahal, latar belakang masalah merupakan fondasi utama yang menentukan arah dan urgensi sebuah penelitian.
Fenomena yang kerap ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa mahasiswa jarang menyajikan deskripsi nyata dari hasil observasi, wawancara pendahuluan, ataupun analisis dokumen sebagai dasar perumusan masalah. Akibatnya, penelitian terkesan tidak berpijak pada realitas, melainkan hanya pada tumpukan literatur yang belum tentu relevan dengan konteks lapangan.
Artikel ini mengajak mahasiswa dan peneliti pemula untuk berhenti menulis latar belakang yang abstrak dan mulai membangunnya dari fakta nyata di lapangan. Dengan cara ini, penelitian tidak hanya memiliki nilai akademik, tetapi juga kontekstual, relevan, dan mampu menjawab kebutuhan nyata yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Kesalahan Umum dalam Menulis Latar Belakang
Salah satu alasan mengapa latar belakang masalah mahasiswa sering dianggap lemah adalah karena kesalahan mendasar dalam cara menyusunnya. Alih-alih berangkat dari fakta empiris, banyak karya ilmiah justru hanya berisi uraian normatif yang tidak menunjukkan urgensi penelitian. Beberapa kesalahan umum tersebut antara lain:
- Terlalu Umum dan Normatif
Banyak mahasiswa memulai latar belakang dengan kalimat klise, seperti “Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia”. Kalimat seperti ini tidak salah, tetapi terlalu luas dan bisa ditulis oleh siapa saja, tanpa menunjukkan konteks penelitian yang spesifik.
- Mengabaikan Fakta Lapangan
Sebagian mahasiswa langsung menumpuk kutipan teori dan literatur, tanpa menyertakan hasil observasi atau wawancara awal. Akibatnya, latar belakang kehilangan pijakan empiris yang seharusnya menjadi dasar penelitian.
- Tidak Menunjukkan Gap Penelitian
Latar belakang yang hanya berisi teori tidak memberikan gambaran tentang kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi di lapangan. Padahal, identifikasi gap inilah yang membuat penelitian terasa penting dan layak dilakukan.
- Hanya Copy-Paste Literatur
Alih-alih menyusun argumen, mahasiswa sering menyalin kutipan panjang dari buku atau jurnal. Hal ini membuat latar belakang lebih mirip tinjauan pustaka daripada uraian masalah yang kontekstual.
- Kurang Relevansi dengan Fokus Penelitian
Ada pula mahasiswa yang menuliskan latar belakang terlalu melebar ke berbagai isu, sehingga pembaca kebingungan untuk menangkap inti masalah. Latar belakang seharusnya mengerucut secara logis menuju fokus penelitian.
Kesalahan-kesalahan ini pada akhirnya menjadikan latar belakang tidak lebih dari formalitas, bukan pijakan kokoh yang menjelaskan mengapa penelitian perlu dilakukan.
Mengapa Harus Bangun dari Fakta Lapangan
Latar belakang masalah tidak boleh berdiri di atas abstraksi semata, karena penelitian pada hakikatnya berangkat dari realitas yang dihadapi. Fakta lapangan menjadi landasan yang menjadikan sebuah penelitian relevan, kontekstual, sekaligus memiliki urgensi untuk dilakukan. Ada beberapa alasan mengapa latar belakang harus dibangun dari temuan nyata di lapangan:
- Memberikan Landasan Empirik
Fakta lapangan menunjukkan bahwa penelitian ini benar-benar berangkat dari masalah nyata, bukan sekadar imajinasi atau spekulasi penulis. Dengan menyajikan hasil observasi atau wawancara awal, pembaca dapat melihat jelas bahwa ada fenomena yang layak diteliti.
- Menunjukkan Kesenjangan antara Teori dan Praktik
Narasi lapangan membantu menegaskan adanya perbedaan antara apa yang seharusnya terjadi (berdasarkan teori, kurikulum, atau kebijakan) dengan apa yang terjadi dalam kenyataan. Kesenjangan inilah yang disebut gap penelitian, dan menjadi alasan utama mengapa penelitian perlu dilakukan.
- Menunjukkan Kredibilitas Akademik
Penelitian yang berpijak pada realitas akan lebih dihargai, karena tidak sekadar mengulang teori yang sudah ada. Deskripsi empirik memperkuat posisi penulis sebagai peneliti yang memahami konteks lapangan, bukan hanya pengumpul literatur.
- Mengarahkan Penelitian Menjadi Solutif
Dengan memahami masalah nyata, penelitian dapat difokuskan pada upaya mencari solusi yang tepat. Hal ini membuat penelitian lebih bermanfaat, tidak hanya bagi pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga bagi masyarakat dan institusi terkait.
- Membangun Relevansi dengan Pembaca
Fakta lapangan membuat pembaca merasa dekat dengan konteks penelitian. Mereka dapat membayangkan masalah yang terjadi, sehingga lebih mudah menerima urgensi penelitian yang ditawarkan.
Dengan demikian, membangun latar belakang dari fakta lapangan bukan hanya memperkuat struktur penelitian, tetapi juga menegaskan bahwa karya ilmiah yang disusun benar-benar hadir sebagai jawaban atas persoalan nyata.
Cara Menemukan Fakta Lapangan
Menulis latar belakang yang kuat tidak selalu membutuhkan data besar atau penelitian mendalam sejak awal. Cukup dengan langkah sederhana, mahasiswa sudah bisa menemukan fakta lapangan yang dapat dijadikan pijakan awal.
Langkah pertama adalah melakukan observasi langsung. Perhatikan apa yang terjadi di kelas, sekolah, atau lingkungan penelitian yang akan dipilih. Misalnya, bagaimana guru mengajar, bagaimana siswa merespons, atau bagaimana suasana belajar berlangsung. Catatan kecil dari pengamatan itu bisa menjadi bahan penting untuk membangun narasi.
Selain observasi, wawancara singkat juga bisa dilakukan. Tidak harus formal, cukup dengan berbicara kepada guru, siswa, atau pihak terkait untuk mendapatkan gambaran awal mengenai masalah yang mereka hadapi. Kalimat sederhana yang diucapkan narasumber sering kali lebih hidup daripada teori panjang yang dikutip dari buku.
Fakta lapangan juga bisa diperoleh dari dokumen yang sudah tersedia. Misalnya, laporan akademik sekolah, kurikulum, atau data kehadiran siswa. Dokumen ini membantu memperkuat argumen bahwa ada masalah nyata yang dapat diteliti.
Intinya, menemukan fakta lapangan tidak harus rumit. Yang penting adalah peneliti berani turun langsung, mengamati dengan jujur, dan mencatat hal-hal yang relevan dengan topik penelitian. Dari sana, narasi latar belakang akan lebih meyakinkan karena tidak hanya bersandar pada teori, tetapi juga berbicara dengan realitas.
Membangun Narasi Latar Belakang yang Kuat
Setelah fakta lapangan ditemukan, langkah berikutnya adalah menyusunnya menjadi narasi yang runtut. Narasi ini berfungsi menjembatani antara kondisi nyata dengan teori atau harapan yang seharusnya. Dengan begitu, pembaca dapat melihat alasan jelas mengapa penelitian ini penting dilakukan.
Langkah pertama adalah memaparkan apa yang benar-benar terjadi di lapangan. Deskripsi singkat tentang kondisi nyata akan membantu pembaca memahami situasi. Misalnya, hasil pengamatan bahwa siswa cenderung pasif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Langkah kedua adalah membandingkan temuan tersebut dengan teori, kurikulum, atau standar ideal yang berlaku. Pada titik ini penulis bisa menunjukkan adanya kesenjangan. Misalnya, kurikulum menekankan partisipasi aktif siswa, tetapi realitas menunjukkan dominasi metode ceramah guru.
Langkah ketiga adalah menegaskan gap penelitian. Penulis perlu menekankan mengapa perbedaan antara kondisi nyata dan ideal itu penting untuk diteliti. Gap inilah yang menjadi dasar ilmiah bahwa penelitian memang dibutuhkan.
Langkah terakhir adalah menunjukkan urgensi penelitian. Penulis dapat menutup narasi latar belakang dengan menyatakan bahwa masalah tersebut berimplikasi serius terhadap kualitas pembelajaran, sehingga penelitian hadir untuk mencari solusi yang tepat.
Contoh singkat narasi yang lemah:
Pendidikan agama Islam sangat penting untuk membentuk akhlak mulia. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan.
Contoh singkat narasi yang kuat:
Observasi awal di SMA X menunjukkan sebagian besar siswa hanya menghafal doa tanpa memahami maknanya. Wawancara dengan guru PAI mengungkapkan bahwa pembelajaran masih didominasi ceramah, sehingga siswa kurang aktif. Kondisi ini bertentangan dengan tujuan Kurikulum Merdeka yang menekankan keterlibatan aktif siswa. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk mencari strategi pembelajaran yang lebih efektif.
Dengan mengikuti pola sederhana ini, dari fakta nyata, ke teori, lalu ke gap, dan berujung pada urgensi, latar belakang akan jauh lebih kuat, jelas, dan meyakinkan.
Contoh Narasi Latar Belakang
Agar lebih jelas, mari kita bandingkan dua versi penulisan latar belakang. Versi pertama adalah gaya yang sering digunakan mahasiswa, yaitu abstrak dan normatif. Versi kedua adalah gaya berbasis fakta lapangan yang lebih meyakinkan.
Versi Abstrak (Lemah)
Pendidikan merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, generasi muda dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baik. Salah satu mata pelajaran penting dalam membentuk karakter siswa adalah Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Narasi di atas tidak salah, tetapi terlalu umum. Hampir semua orang bisa menulisnya tanpa harus turun ke lapangan. Tidak ada deskripsi kondisi nyata, tidak ada gap, dan tidak jelas mengapa penelitian ini mendesak untuk dilakukan.
Versi Fakta Lapangan (Kuat)
Hasil observasi awal di kelas XI SMA Negeri X menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam. Mereka lebih banyak mendengarkan guru berceramah tanpa adanya interaksi aktif. Dari wawancara dengan guru PAI, terungkap bahwa keterbatasan waktu dan kebiasaan metode ceramah membuat siswa jarang diberi kesempatan berdiskusi. Kondisi ini bertentangan dengan tuntutan Kurikulum Merdeka yang menekankan pembelajaran partisipatif dan berbasis projek.
Fakta ini menunjukkan adanya kesenjangan antara tujuan kurikulum dengan realitas pembelajaran. Jika situasi ini terus berlangsung, siswa akan kehilangan kesempatan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan pemahaman agama yang kontekstual. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk menemukan strategi pembelajaran PAI yang lebih interaktif dan sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Narasi ini lebih meyakinkan karena:
- Memaparkan kondisi nyata hasil observasi dan wawancara.
- Membandingkan kondisi dengan standar kurikulum.
- Menunjukkan adanya gap yang jelas.
- Menutup dengan urgensi penelitian.
Dengan cara ini, latar belakang masalah tidak lagi bersifat abstrak, tetapi benar-benar berdiri di atas fakta yang nyata.
Penutup
Latar belakang masalah adalah fondasi utama dalam sebuah penelitian. Sayangnya, banyak mahasiswa masih menuliskannya secara abstrak, normatif, dan jauh dari realitas. Hal ini membuat penelitian kehilangan pijakan empirik yang seharusnya menjadi dasar urgensinya.
Dengan membangun latar belakang dari realitas, penelitian akan lebih kokoh, bermanfaat, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan maupun praktik pendidikan.